Setiap
orang punya teman atau sahabat terdekat tempat berbagi cerita, berbagi canda
bahkan berbagi cinta. Begitu pula saya.
Saya
mempunyai teman terdekat yang kebetulan beragama Katholik, meski berbeda agama,
hubungan kami cukup dekat, kami berusaha saling mengerti satu-sama lain. Meski
demikian, kadang perdebatan kecil sering terjadi, salah satunya seperti ini:
Suatu
siang saat matahari dengan segala kederwamanannya berbagi sinarnya pada manusia
(baca: panasnya ampuun), saya nyeletuk pada teman baik saya itu,
“Panas ya..” sambil mengibas-ngibaskan brosur yang
saya ambil dari dalam tas, ke dalam jilbab saya.
Dia yang
dasarnya kritis menyahut “Kalo panas dan menganggu
ya dilepas aja jilbabnya, gitu aja kok repot?”
“Ya ngga bisa dong!” jawab saya. “Udah kewajiban saya, menutup aurat, week”.
“Itu lho, kaya si anu..” Dia coba mengingatkan saya
pada salah seorang teman. “Pake jilbab oke, ngga
pake juga oke. Fleksibel gitu.”
Saya yang
dasarnya cengeng, balas menjawab pernyataannya dengan mata agak berkaca-kaca,
“Berhijab itu bukan sekedar oke enggaknya kefleksibelitas
yang kamu maksud tadi, tapi berhijab merupakan sebuah komitmen seorang muslimah
untuk menaati syariat yang telah diajarkan. Jangankan karena panas dan gerah
yang mengganggu kenyamanan, bahkan jika suatu saat saya dituntut untuk
meninggalkan jilbab saya demi profesi dengan posisi atau jabatan yang lebih
tinggi, saya dengan suka rela mempertahankan jilbab saya dan melepaskan profesi
tersebut. By the way, hak si anu untuk berhijab atau tampil dengan rambut
cantiknya yang terlihat. Saya sendiri sangat mengapresiasi si anu bahkan
siapapun yang berhijab meski kadang mereka melepas jilbab mereka untuk
kepentingan mereka. Setidaknya mereka punya niatan untuk menutup aurat mereka,
khususnya bagian kepala yang tidak seharusnya non-muhrim mereka lihat.”
Sahabat saya masih menanti kata-kata saya selanjutnya.
“Nah, namun bagi saya pribadi, berhijab adalah bagian dari
kewajiban saya yang tak bisa saya tinggalkan, yang tak bisa seorang pun
goyahkan.ngerti? hehe..” Mood saya mulai mencair, mengajaknya bercanda.
“Iya deh iya..” jawabnya
dengan wajah menyesal.
Hastag
the end :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar