Halaman

Minggu, 19 April 2015

Hijab: Semakin tertutup semakin cantik


Setiap orang punya teman atau sahabat terdekat tempat berbagi cerita, berbagi canda bahkan berbagi cinta. Begitu pula saya.
Saya mempunyai teman terdekat yang kebetulan beragama Katholik, meski berbeda agama, hubungan kami cukup dekat, kami berusaha saling mengerti satu-sama lain. Meski demikian, kadang perdebatan kecil sering terjadi, salah satunya seperti ini:

Suatu siang saat matahari dengan segala kederwamanannya berbagi sinarnya pada manusia (baca: panasnya ampuun), saya nyeletuk pada teman baik saya itu,
Panas ya..” sambil mengibas-ngibaskan brosur yang saya ambil dari dalam tas, ke dalam jilbab saya.
Dia yang dasarnya kritis menyahut “Kalo panas dan menganggu ya dilepas aja jilbabnya, gitu aja kok repot?
Ya ngga bisa dong!” jawab saya. “Udah kewajiban saya, menutup aurat, week”.
Itu lho, kaya si anu..” Dia coba mengingatkan saya pada salah seorang teman. “Pake jilbab oke, ngga pake juga oke. Fleksibel gitu.

Saya yang dasarnya cengeng, balas menjawab pernyataannya dengan mata agak berkaca-kaca,
Berhijab itu bukan sekedar oke enggaknya kefleksibelitas yang kamu maksud tadi, tapi berhijab merupakan sebuah komitmen seorang muslimah untuk menaati syariat yang telah diajarkan. Jangankan karena panas dan gerah yang mengganggu kenyamanan, bahkan jika suatu saat saya dituntut untuk meninggalkan jilbab saya demi profesi dengan posisi atau jabatan yang lebih tinggi, saya dengan suka rela mempertahankan jilbab saya dan melepaskan profesi tersebut. By the way, hak si anu untuk berhijab atau tampil dengan rambut cantiknya yang terlihat. Saya sendiri sangat mengapresiasi si anu bahkan siapapun yang berhijab meski kadang mereka melepas jilbab mereka untuk kepentingan mereka. Setidaknya mereka punya niatan untuk menutup aurat mereka, khususnya bagian kepala yang tidak seharusnya non-muhrim mereka lihat.” Sahabat saya masih menanti kata-kata saya selanjutnya.
Nah, namun bagi saya pribadi, berhijab adalah bagian dari kewajiban saya yang tak bisa saya tinggalkan, yang tak bisa seorang pun goyahkan.ngerti? hehe..” Mood saya mulai mencair, mengajaknya bercanda.
Iya deh iya..” jawabnya dengan wajah menyesal.

Hastag the end :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar