Halaman

Minggu, 14 Februari 2016

Kisah semangkuk es dawet

Es dawet, emm nothing special I guess.
Tapi semangkuk dawet siang itu terasa sangat berbeda, dia punya cerita yang seru untuk disimak.

Terbang melayang memori ke beberapa tahun silam.
Memang berat menjalani hidup jauh dari kedua orang tua. tinggal di pesantren dengan segala peraturan yang kadang membuat kita merasa seperti terpenjara. Tersiksa. Tahun-tahun berat nyantri di pesantren modern Pabelan akhirnya ku lalui meski kangen akan keluarga setiap saat melanda.
Ya aku seorang cengeng yang berusaha kuat demi kebahagiaan orang tua saat itu. Tapi baru ku sadar perjuanganku dulu tak sia-sia. Aku tau orang tua punya niat mulia atas semua ini. dan memang benar.

ku toleh sebelahku duduk. Bapak.
Sosok terkuat yang pernah ku kenal, tekad, semangatnya tak ada yang bisa mengalahkan.
Semangkuk es dawet di sisi jalan lapangan tembak Borobudur menyejukkan perjalanan kami menuju rumah dari pesantren.
Bapak memang seorang yang tak banyak berkata. Namun teduh wajahnya, senyumnya, cukup menggambarkan semuanya. Bahwa Ialah seorang yang teramat sangat menyayangi kami, anak-anaknya. Ia selalu ingin yang terbaik untuk kami. Entahlah, jasanya tak kan pernah bisa ku tebus dengan apapun di dunia ini. Sebegitu besar perhatian, kasih sayang dan doanya yang senantiasa mengiringi langkah-langkah kami, ku yakin suatu saat, bapak akan menuai hasil yang manis atas usahanya selama ini.

Dengan semangkuk dawet yang sama di tahun yang berbeda.
Ku lihat sosok berbeda duduk di sisi, ya suamiku.
Sosok yang tak jauh berbeda dengan bapak. Seorang pekerja keras pantang menyerah.
Kini kewajiban menjagaku, dan membawaku pada kebaikan ada padanya.

Milyaran terimakasih untukmu bapak, yang tak pernah lelah menyayangi, melindungi, mengingatkan pada kebaikan, menuntun pada jalan yang benar. Inilah hadiah perjuangan bapak selama ini.
Tak terasa ya pak, anak gadismu sudah besar.
Ia bukan lagi gadis cengeng yang takut saat sekolah mengadakan imunisasi suntik.
Ia bukan lagi gadis nakal yang memanjat pohon jambu yang buahnya masih mentah.
Tapi ia akan tetap menjadi gadis manis yang selalu mendoakanmu, Bapak Ibu..
Irkhamnaa..
Read More..